BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Mortalitas dan morbiditas
pada wanita hamil dan bersalin merupakan masalah besar diberbagai negara salah
satunya juga terjadi dinegara maju. WHO (World Health Organization)
memperkirakan lebih dari 585.000 ibu pertahunnya meninggal saat hamil atau
bersalin. Di Asia Selatan 1:18 meninggal akibat kehamilan atau persalinan, di
Afrika 1:14 dan di Amerika Utara 1:6,366 (Sarwono, 2007).
Survey Demografi Kesehatan
Indonesia (SDKI) 2007 menyatakan bahwa Angka Kematian Ibu (AKI) di
Indonesia mencapai 248 per 100.000 kelahiran hidup, sebagai angka tertinggi di
ASEAN. Tingginya angka kematian ibu ini disebabkan oleh berbagai penyebab yang
kompleks, yaitu sosial, budaya, ekonomi, tingkat pendidikan, fasilitas
pelayanan kesehatan, dan gender, dan penyebab langsung kematian ibu di
Indonesia adalah perdarahan, infeksi, eklamsi, partus lama dan komplikasi
abortus. Hal ini menempatkan upaya penurunan AKI sebagai program prioritas
pemerintah
(Sarwono, 2007).
Sedangkan angka kematian
bayi (infant mortality rate), yakni angka kematian bayi sampai umur 1 tahun, di
negara-negara maju telah turun dengan cepat dan sekarang mencapai angka di
bawah 20 pada 1000 kelahiran (Sarwono, 2008).
Prinsip tindakan
episiotomi adalah pencegahan kerusakan yang lebih hebat pada jaringan lunak
akibat daya regang yang melebihi kapasitas adaptasi atau elastisitas jaringan
tersebut. Oleh sebab itu, pertimbangan untuk melakukan episiotomi harus mengacu
pada pertimbangan klinik yang tepat dan tehnik yang paling sesuai dengan
kondisi yang sedang dihadapi (Sarwono, 2008).
Berdasarkan
empiris, banyak kasus-kasus yang dilakukan episiotomi, karena nyeri waktu
menjahit luka menyulitkan petugas, sehingga tindakan yang seharusnya dapat
diselesaikan dalam waktu singkat akan memakan waktu yang lebih lama dan kemungkinan
kejadian infeksi akan lebih tinggi. Disamping itu aproksimasi anatomi luka akan
lebih sulit dilakukan karena pasien dalam keadaan gelisah, hal ini juga akan ikut
mengganggu penyembuhan luka (Sarwono, 2008).
Bidan merupakan seorang
profesional yang sudah dilatih dengan pengetahuan khusus dalam memberi bantuan
kepada wanita agar tetap sehat selama hamil dan menolongnya pada waktu
melahirkan, ahli dalam memberi asuhan, penyuluhan, konseling dan dukungan
secara individu kepada wanita dan bayinya dalam siklus kehamilan dan persalinan
(Purwandari, 2008).
Upaya Mahasiswa untuk
menurunkan angka kematian Ibu dan Bayi adalah dengan meningkatkan keterampilan
dalam segi teori dan praktek kebidanan (Prawirohardjo, 2006 ).
Pada masa yang lalu, tindakan
episiotomi dilakukan secara rutin terutama pada primipara. Tindakan ini
bertujuan untuk mencegah trauma pada kepala janin, mencegah kerusakan pada
spinter ani serta lebih mudah untuk menjahitnya. Namun hasil penelitian
menunjukan bahwa tidak ada bukti yang mendukung manfaat episiotomo. Pada
kenyataannya tundakan episiotomi dapat menyebabkan peningkatan jumlah
kehilangan darah ibu, bertambah dalam lika perinium bagian posterior,
meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada
hari-hari pertama postpartum (Sumarah, 2008).
B.
TUJUAN.
1.Tujuan umum
Memantau dan menerapkan
Asuhan Kebidanan pada ibu bersalin dengan menggunakan Manajemen 7 langkah
varney dan SOAP.
2.
Tujuan khusus
a. Mampu melakukan pengkajian pada persalinan untuk menilai keadaan klien
secara keseluruhan pada Ny.N.
b. Mampu menginterpretasikan data untuk mengidentifikasi diagnosa/
masalah pada Ny.N.
c. Mampu mengidentifikasi diagnosa/masalah potensial dan mengantisipasi
penanganannya pada Ny.N.
d. Mampu melakukan tindakan segera pada Ny.N.
e. Mampu menyusun rencana asuhan secara menyeluruh dengan tepat dan rasional
berdasarkan keputusan yang dibuat pada langkah sebelumnya pada Ny.N.
f. Mampu melaksanakan secara langsung asuhan yang efisien dan aman pada Ny.R.
g. Mampu mengevaluasi keefektifan asuhan yang diberikan pada Ny.N.
C.
MANFAAT.
1. Manfaat Bagi Penulis.
Penulis dapat mengaplikasikan ilmu yang telah didapatkan
selama pendidikan dan praktek klinik.
2. Manfaat Bagi Klien
Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang bermutu dan dapat
menerapkan hak-hak yang seharusnya di dapatkan klien.
BAB II
PEMBAHASAN
A. DEFINISI
Pada masa yang lalu, tindakan episiotomi dilakukan secara
rutin terutama pada primipara. Tindakan ini bertujuan untuk mencegah trauma
pada kepala janin, mencegah kerusakan pada spinter ani serta lebih mudah untuk
menjahitnya. Namun hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak ada bukti yang
mendukung manfaat episiotomy (Enkim, Keiser, Renfew dan Nelson, 1995; Wooly,
1995). Pada kenyataannya tindakan episiotomy dapat menyebabkan peningkatan
jumlah kehilangan darah ibu, bertambah dalam luka perineum bagian posterior,
meningkatkan kerusakan pada spinter ani dan peningkatan rasa nyeri pada hari-
hari pertama post partum.
Tujuan menjahit laserasi atau
episiotomi adalah untuk menyatukan kembali jaringan tubuh (mendekatkan) dan
mencegah kehilangan darah yang tidak perlu (memastikan hemostasis). Ingat bahwa
setiap kali jarum masuk jaringan tubuh, jaringan akan terluka dan menjadi
tempat yang potensial untuk timbulnya infeksi. Oleh sebab itu pada saat
menjahit laserasi atau episiotomi gunakan benang yang cukup panjang dan gunakan
sedikit mungkin jahitan untuk mencapai tujuan pendekatan dan hemostasis (JNPK-KR,
2008).
Episiotomi dilakukan dengan membuat
insisi bedah kecil ke dalam perineum, yang membantu mencegah peregangan
berlebihan oleh kepala bayi pada jaringan vulva posterior serta otot-otot
perineum, dan mengganti robekan vagina serta perineum yang tidak beraturan
dengan jaringan yang terpotong rapi dan bersih sehingga memungkinkan perbaikan
optimal. Episiotomi juga membantu mengurangi resistensi terhadap bagian terendah
yang terus maju dan dianjurkan pada kelahiran bayi premature (atlas kebidanan).
Episiotomi medialis hanya disertai
dengan sedikit perdarahan, perbaikan yang lebih mudah, dan nyeri penyembuhan
yang jauh lebih ringan dibandingkan dengan episiotomi posterolateral. Namun,
episiotomi medialis memiliki risiko tinggi untuk meluas ke rektum. Episiotomi
mediolateralis adalah suatu kompromi yang dapat diterima. Kebanyakan operator
menggunakan gunting pada pelaksanaan tindakan ini meskipun skapel dapat menghasilkan
insisi yang rapi dan terkendali di tangan orang yang berpengalaman
(Rukiah, 2009).
B. INDIKASI
EPISIOTOMI
1. Gawat janin. Untuk menolong keselamatan janin,
maka persalinan harus segera diakhiri.
2. Persalinan pervagina dengan penyulit, misalnya
presbo, distokia bahu, akan dilakukan ekstraksi forcep, ekstraksi vacuum.
3. Jaringan parut pada perineum ataupun pada
vagina.
4. Perineum kaku dan pendek.
5. Adanya rupture yang membakat pada perineum.
6. Premature untuk mengurangi tekanan pada kepala
janin.
C. DERAJAT LASERASI
1.
Derajat satu :
mukosa vagina, komisura posterior, dan kulit perineum.
2.
Derajat dua : mukosa vagina, komisura,
kulit perineum, dan otot perineum.
3.
Derajat tiga : mukosa vagina, komisura,
kulit perineum, otot perineum, dan otot sfingter ani.
4.
Derajat empat : mukosa vagina,
komisura, kulit perineum, otot perineum, otot sfingter ani, dan dinding depan
rektum (JNPK-KR, 2008).
D. CARA
EPISIOTOMI.
1. Persiapan
a. Peralatan: bak steril berisi kasa, gunting episiotomy,
betadine, spuit 10 ml dengan jarum ukuran minimal 22 dan panjang 4 cm, lidokain
1% tanpa epineprin. Bila lidokain 1 % dengan cara melarutkan 1 bagian lidokain
2 % ditambah satu bagian cairan garam fisiologis atau air destilasi steril.
Contoh : Larutkan 5 ml lidokain 2% ke dalam 5 ml cairan
garam fisiologis atau air destilasi steril.
b. Pertimbangan secara matang tujuan episiotomi.
2. Pelaksanaan
a. Pemberian anastesi local
1) Penjelasan prosedur kepada pasien.
2) Cuci tangan.
3) Memakai sarung tangan.
4) Hisap 10 ml larutan lidokain 1% tanpa
epineprin.
5) Letakkan 2 jari tangan kiri kedalam vagina
diantara kepala janindan perineum.
6) Masukkan jarum ditengah fourchette dan arahkan
jarum sepanjang tempat yang akan dilakukan episiotomy.
7) Lakukan aspirasi (menarik batang penghisap
spuit) untuk memestikan jarum tidak berada didalam pembuluh darah. Bila terdapat darah maka tariklah jarum dan
tusukkan kembali kepada daerah didekatmya. Hal ini untuk menghindari kematian
ibu karena lidokain yang disuntikan kedalam pembuluh darah dapat mengakibatka
kejang pada ibu.
8) Tarik jarum perlahan sambil mendorong
lidokain. Suntikan maksimum 10ml. cabut jarum bila sudah kembali ketitik asal
pada saat jarum ditusukan. Kulit perineum akan terlihat dan teraba pada palpasi
menggelembung disepanjang garis yang akan dilakukan episiotomy.
b. Prosedur episiotomy.
1) Tindakan episiotomy dilakukan pada saat
perineum menipis dan pucat, kepala janin sudah terlihat 3-4 cm saat kontraksi.
Hal ini dimaksudkan untuk mencegah terjadinya pendarahan.
2) Masukkan 2 jari tangan kiri (jika penolong
tidak kidal) kedalam vagina diantara kepala janin dan perineum. Kedua jari agak
diregangkan dan sedikit melakukan tekanan ke arah luar perineum dengan lembut.
Tindakan ini dimaksudkan untuk melindungi kepala janin dari gunting dan membuat
episiotomy lebih mudah karena perineum menjadi rata.
3) Dengan gunting episiotomy desinfeksi tingkat
tinggi atau steril, tempatkan gunting di tengah faurchette posterior dan posisi
gunting mengarah ke sudut yang diinginkan dengan episiotomy mediolateral atau
lateral. Bila menginginkan mediolateral, tempatkan gunting ke arah menjauh dari
anus.
4) Gunting perineum dengan satu atau guntingan
yang mantap sekitar 3-4cm. jangan menggunting denagn cara sedikit demi sedikit.
Hal ini akan mengakibatkan waktu penyembuhan luka lebih lama karena tepi luka
tidak rata.
5) Gunting kearah dalam vagina sekitar 2-3 cm.
6) Bila kepala janin belum lahir, maka lakukan
penekanan dengan kasa deinfeksi tingkat tinggi pada tingkat perineum utnuk
mencegah terjadinya pendarahan.
BAB III
TINJAUAN KASUS
A.
MANAJEMEN ASUHAN KEBIDANAN VARNEY
Tanggal :21- februari-
2012 Pukul :03.00 Wib
I.
PENGUMPULAN
DATA
A.
Data subjektif
Tanggal :21- februari-
2012 Pukul :03.00 Wib.
1. Alasan utama
masuk kamar bersalin : ingin melahirkan.
2. Perasaan sejak
datang ke klinik :
Nyeri di atas simpisis
3. Tanda – tanda
bersalinan.
Kontraksi : Ada.
Sejak tanggal :
13- februari- 2012.
Pukul : 22.00 Wib.
Frekwensi : 3 x setiap 10
menit.
Lamanya : 20 – 40
detik.
Lokasi ketidak
nyamanan : simpisis, pinggang dan
vagina
4.
Pengeluaran vagina
Darah / lendir : Ada
Darah segar : Ada Jumlah : 40
cc Warna: merah.
Air ketuban : Ada Jumlah : 500
cc Warna: Jernih.
5.
Masalah – masalah yang
khusus : Tidak ada.
6.
Riwayat kehamilan
sekarang.
HPHT : 25- 05- 2011
ANC : 4 kali di bidan.
7.
Riwayat imunisasi : Lengkap.
8.
Riwayat kehamilan dan
persalinan lalu :Tidak ada.
9.
Pergerakan janin dalam 24
jam terakhir : ada
10.
Makan dan minum terakhir
pukul : 20.00 WIB
Jenis makanan : nasi dan lauk pauk serta air
putih.
11.
BAB terakhir : 15.00wib.
12.
BAK terakhir : 23:20wib.
13.
Tidur :
Kurang tidur karena nyeri pada perut.
14.
Psikologi : Cemas.
15.
Keluhan lain ( bila ada ) : tidak ada.
B.
Data objektif
1. Keadaan umum : kurang baik
Status
emosional : stabil.
2. Tanda vital
TD :110/80
mmHg Pols : 82x/m
Resp : 24x/m Temp :36.5°C
TB :157Cm BB : 66 Kg
3. Wajah.
Mata : Konjungtiva
palpebra inferior pucat
Sklera tidak ikterik.
Hidung :
tidak ada polip dan pengeluaran cairan.
Mulut :
Lidah bersih dan tidak ada kelainan
Gigi :
Tidak ada caries.
4. Telinga : Tidak ada serumen dan pengeluaran cairan.
5. Leher : Tidak ada
pembengkakan kelenjar thyroid dan
Tidak ada pembengkakan kelenjar limfe.
6. Mammae : Simetris
kanan dan kiri.
Papilae menonjol.
Ariola
menghitam.
Benjolan /
tumor tidak ada.
7. Punggung dan
pinggang : tidak ada
kelainan.
8. Posisi tulang
belakang : Normal.
9. Abdomen :
membesar sesuai umur kehamilan.
Linea / strie :Tidak ada.
Bekas luka operasi :tidak ada.
Pergerakan janin :ada.
Perkusi abdomen :tidak
dilakukan
C. Pemeriksaan Khusus
Kebidanan
1.
Kontraksi : ada.
2.
Palpasi ( menurut Leopold
).
Leopold I : 32 cm.
Leopold II : Puka.
Leopold III : kepala.
Leopold IV :Convergent.
3. Penurunan
kepala : 3/5.
4. Auskultasi DJJ : 140 x/menit.
5. Frekwensi : teratur.
6. Estimate Body
Weight ( EBW ) : 3255 Gram
7. Ano genitalia : Normal.
8. Oedema : tidak ada.
9. Luka vagina : tidak ada.
10. Kemerahan :
tidak ada.
11. Varices : tidak ada
12. Pengeluaran
cairan : ada.
13. Perineum : tidak ada bekas robekan.
14. Ekstremitas : Normal.
Oedema pada
tangan dan kaki: tidak ada.
Oedema
ekstremitas bawah : tidak
ada.
Varices tungkai
dan kaki : tidak ada.
Kemerahan :
tidak ada.
Reflek kanan
kiri : Ada
( + ).
Kekakuan sendi : tidak ada.
15. Pemeriksaan
pervaginam
Indikasi : inpartu Pukul :06.00Wib.
Oleh :
Bidan Martini.
Dinding vagina : Kaku.
Konsistensi
portio : Retrofleksi.
Pembukaan
servik : 9cm.
Ketuban :
utuh.
Presentasi
janin :
Kepala.
Penurunan
bagian terendah : 2/5
II.
INTERPRESTASI
DATA.
Diagnosa : G: II P:I A: 0.
Usia kehamilan : 39 Minggu.
Inpartu : Janin hidup
intra uteri, janin tunggal, Presentasi kepala, penurunan. Kepala 3/5,Convergent,Fase aktif
kala I,K/U Baik.
Data dasar ibu : HPHT :25- 05- 2012.
Adanya pergerakan janin.
Nyeri di atas simpisis, pinggang dan vagina.
O : Adanya lendir bercampur darah dari vagina.
Kontraksi 3 x/ 10 menit.
Pembukaan 6cm, penurunan kepala.
Ketuban utuh, his kekuatan sedang, DJJ 140 x
/menit.
Masalah :
Tidak ada.
III.
IDENTIFIKASI
DIAGNOSA DAN MASALAH POTENSIAL
Perineum kaku dan lubang
vagina kecil.
IV.
TINDAKAN SEGERA
/ KOLABORASI.
Episitomi pada kala
II.
V.
RENCANA
MANAJEMEN
a.
Bina hubungan baik dengan
ibu dan keluarga.
b.
Informasikan kepada ibu
tentang keadaan diri dan janinya.
c.
Beri dukungan dan asuhan
pada ibu.
d.
Jaga hak dan privasi ibu
pada saat melakukan pemeriksaan.
e.
Jelaskan pada ibu setiap
kemajuan persalinan sesuai partograf.
f.
Anjurkan pada ibu
berbaring posisi miring.
g.
Ajarkan pada ibu cara
bernafas saat adanya kontraksi .
h.
Lanjutkan VT dan vital
sign setiap 4 jam sekali kemudian prediksi.
VI.
PELAKSANAAN
MANAJEMEN
a. Membina
hubungan baik dengan ibu dan keluarga
b. Menjelaskan
pada ibu dan keluarga kemajuan persalinan
c. Menjaga hak
privasi ibu dan meminta maaf saat melakukan pemeriksaan dengan menggunakan
penutup atau tirai.
d. Menginformasikan
kepada ibu tentang keadaan diri dan janinya berdasarkan hasil pemeriksaan.
TD : 110/80 mmHg.
Temp : 36,5 °C.
Pols : 82x/m.
Resp : 24 x/m.
BB : 66 Kg.
TB : 157 Cm.
e. Pemeriksaan
leopold :
Tinggi fundus uteri : 32
cm.
Posisi punggung janin :
PUKA.
Bagian terendah janin :
kepala.
Penurunan bagian terendah
janin : Convergent 2/5
LILA : 29Cm
DJJ :140 x/m
TBJ : 3255 Gram.
Keadaan janin tunggal
f. Menjaga hak dan
privasi ibu saat persalinan antara lain menggunakan penutup/ tirai,menghadirkan suami atau
orang terdekat sebagai pendamping persalunan.
g. Menjelaskan
kemajuan persalinan dan perubahanyang terjadi serta prosedur yang akan di
laksanakan dan hasil-hasil pemeriksaan.
h. Memantau
kemajuan persalinan sesuai partograf.
i.
Bantulah ibu dalam
persalinanjika tampak gelisahdan ketakutan.
1)
Berikan dukungan dan
keyakinan pada ibu.
2)
Dengarkan keluhan ibu saat
menghadapi persalinan
3)
Lakukan perubahan posisi
sesuai dengan keinginan ibu akan tetapi apabila ibu dalam posisi berbaring di
tempat tidur menganjurkan untuk miring.
VII. EVALUASI
Tanggal :21- februari-
2012 Pukul :03.00 Wib.
1.Ibu merasa resah
dalam menghadapi proses persalinan.
2.Ibu merasa
nyaman setelah diberikan konseling oleh bidan.
3.Ibu sudah
berbaring dalam posisi miring.
B.
PENDOKUMENTASIAN
( SOAP ) PADA IBU INC
IDENTITAS
Nama Ibu :Nuraida Nama Suami : M. yanis
Umur :
32 tahun Umur
: 34 tahun
Suku/ bangsa :
Aceh Suku/ Bangsa
: Aceh
Agama :
Islam Agama
: Islam
Pendidikan :
PNS Pendidikan :
Pekerjaan :
Guru Pekerjaan : wiraswasta.
KALA I
Tanggal :21- februari-
2012 Pukul :06.00 Wib
1. SUBJEK.
Ibu mengeluh nyeri di atas simpisis, pinggang dan vagina.
Ibu mengeluh seperti mau BAB.
2. OBJEKTIF
a. TD :110/80 mmHgPols :84 x/m
b. Tem :37°C
c. Resp :24
x/m
d. TB :156
Cm
e. BB :65Kg
f. LILA :29 Cm
g. Pemeriksaan Leopold
Tinggi fundus
uteri : 32cm.
Posisi punggung
janin : PUKA.
Bagian terendah
janin :
kepala.
Penurunan
bagian terendah : Convergent 2/5
h.
DJJ :
140 X /menit.
i.
TBJ :
3565 Gram
j.
TTP :
01-03-2012
k.
Pembukaan :
9 cm.
l.
K/U :
kurang Baik
3.
ASSASMENT.
Ibu Inpartu dengan G: II P: I
A:O , umur kehamilan 39
minggu,janin hidup intra uterin, posisi PUKA, presentasi kepala dan
convergent, penurunan bagian terendah 2/5,pembukaan servik 9 cm,his ada,
kontraksi 4 x/10 menit, konsistensi his sedang, pada saat persalinan.
4. PLEANING.
a.
Membina hubungan baik dengan ibu dan keluarga.
b.
Menginformasikan keadaan ibu dan janinya berdasarkan
hasil pemeriksaan.
c.
Berikan dukungan dan asuhan pada ibu.
d.
Jelaskan kemajuan persalinan pada ibu dan keluarga.
e.
Pantau kemajuan persalinan sesuai dengan partograf.
f.
Lakukan VT dan Vital sign setiap 30 menit atau setiap 4
jam sekali sesuai indikasi
KALA II
Tanggal :21- februari- 2012
Pukul :07:00
Wib
1. SUBJEKTIF.
Ibu mengatakan nyeri di atas simpisis yang
menjalar ke pinggang yang sangat kuat dan keinginan mengedan.
2. OBJEKTIF.
a.
TD :110/80 mmHg.
b.
Pols :
84 x/m.
c.
Temp :37°C.
d.
Resp :24
x/m.
e.
VT :10
Cm.
f.
DJJ :
140 x/m.
g.
Penurunan kepala : 0/5.
h.
Kontraksi 5 x/10 menit selama >40 detik
Ketuban
pecah warna jernih
Bayi
lahir lengkap
3.
ASSESMENT
Ibu inpartu kala II persalinan, keadaan umum ibu kurang baik, ibu dengan
Hb di bawah normal, pada saat persalinan perineum ibu harus di epis karena
perineum kaku dan terjadinya gawat janin.
4. PLANNING / PERENCANAAN
a.
Antisipasi persalinan normal.
b.
Pimpin persalinan, dan puji pada saat his.
c.
Anjurkan perubahan posisi untuk mengurangi rasa sakit.
d.
Beri dukungan pada ibu dalam menghadapi persalinan.
e.
Jelaskan kemajuan persalinan.
f.
Minta bantuan pada keluarga untuk membantu ibu dengan
dorongan do’a pada saat persalinan
KALA III
Tanggal :21- februari-
2012 Pukul :07: 15 Wib
1.
SUBJEKTIF
a. Ibu mengatakan terasa nyeri pada perut.
2.
OBJEKTIF
a.
Tidak adanya bayi kedua.
b.
Menyuntikkan oxitosin 10 unit /IM, 2 menit setelah bayi
lahir.
c.
Adanya kontraksi.
d.
Melakukan penegangan tali pusat terkendali.
e.
Pengeluaran plasenta lengkap dengan selaput ketuban warna
merah.
3.ANALISA DATA
a.
Ibu inpartu kala III persalianan.
b.
Perdarahan normal.
c.
Tinggi fundus uteri setinggi pusat.
4. PLANNING / PERENCANAAN.
a. Berikan oksitosin untuk merangsang uterus
berkontraksi yang juga mempercepat
b. pelepasan plasenta
1)
Oksitosin dapat diberikan setelah 2 menit bayi lahir.
2)
Jika tidak tersedia oksitosin, rangsang pada puting ibu
atau susukan bayi segera untuk menghasilkan oksitosin alami.
3)
Lakukan penegangan tali pusat terkendali.
4)
PTT dilakukan hanya selama uterus berkontraksi.
5)
Begitu plasenta terasa terlepas, keluarkan dengan
menggerakan tangan atau klem pada tali pusat mendekati plasenta,keluarkan plasenta dengan gerakanke
bawah dan ke atas sesuai dengan jalan lahir. Kedua tangan memegang plasenta dan
perlahan memutar plasenta searah jarum
jam untuk mengeluarkan selaput ketuban.
6)
Segera setelah plasenta dan selaput ketuban dikeluarkan,
massage fundus uteri agar menimbulkan kontraksi yang dapat mengurangi
pengeluaran darah dan mencegah perdarahan pasca persalin.
KALA IV
Tanggal :21- februari-
2012 Pukul :07; 20 Wib
1.
SUBJEKTIF.
a.
Ibu mengatakan banyak darah keluar pada saat tidur miring
ke samping.
b.
Ibu mengatakan bayinya belum bisa menyyusui.
2. OBJEKTIF
a. K/U :ibu
dan bayi baik.
b. TD :120/80
x/m
c. Pols :82
x/m
d. Temp :37,4°C
e. Resp :24
x/m
f. TFU :
2 jari di bawah pusat
g. Kontraksi uterus kurang baik.
h. Perdarahan normal.
i.
Lokhea rubra
j.
Bayi TB : 46 cm BB : 2800 gram
3. ANALISA DATA.
Perdarahan kala IV normal.
melakukan penghetingan pada bagian
perineum karena episiotomy.
4. PLANNING / PERENCANAAN
a. Observasi k/u ibu dan bayi 2 jam sekali
persalianan
b. Periksa tinggi fundus uteri setiap 15 menit
pada jam pertama dan setiap 20 – 30 menit kedua.
c. Periksa tanda vital sign,kandung
kemih,perdarahan setiap 15 menit pada jam pertama dan 30 menit setelah jam
kedua.
d. Anjurkan pada ibu agar minum air yang banyak
untuk mencegah dehidrasi.
e. Bersihkan perineum ibu dan kenakan ibu pakaian
yang bersih dan kering.
f. Biarkan ibu beristirahat dan membantunya dalam
posisi yang nyaman.
g. Biarkan bayi pada ibu untuk meningkatkan
hubungan ibu dan bayinya.
h. Jika ibu perlu ke kamar mandi, ibu boleh
bangun sendiri dan boleh di bantu jika ibu merasa pusing dan lemah.
i.
Pastikan ibu sudah BAK setelah 3 jam persalinan
Catatan Persalinan
Pada tanggal :21- februari-
2012 Pukul : 09:00 Wib
His kurang kuat sampai proses persalinan berlansung,
pembukaan lengkap, penurunan kepala 0/5,DJJ 140x /menit,persalinan siap di
pimpin,bayi lahir pukul :07:00 Wib, panjang tali pusat 55 cm,berat plasenta 500
gram, jumlah kotiledon 20, plasenta lahir lengkap,jenis kelamin bayi laki –
laki,BB 2800 gram, PB 46 cm, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
lokhea rubra, perdarahan normal,k/u ibu baik hanya saja ibu merasa nyeri di
bagian perineum karena harus di heating dan keadaan bayi baik.
BAB IV
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Episiotomi dilakukan dengan membuat
insisi bedah kecil ke dalam perineum, yang membantu mencegah peregangan
berlebihan oleh kepala bayi pada jaringan vulva posterior serta otot-otot
perineum, dan mengganti robekan vagina serta perineum yang tidak beraturan
dengan jaringan yang terpotong rapi dan bersih sehingga memungkinkan perbaikan
optimal.
His kurang kuat sampai proses persalinan berlansung,
pembukaan lengkap, penurunan kepala 0/5,DJJ 140x /menit,persalinan siap di
pimpin,bayi lahir pukul :07:00 Wib, panjang tali pusat 55 cm,berat plasenta 500
gram, jumlah kotiledon 20, plasenta lahir lengkap,jenis kelamin bayi laki –
laki,BB 2800 gram, PB 46 cm, TFU 2 jari di bawah pusat, kontraksi uterus baik,
lokhea rubra, perdarahan normal,k/u ibu baik hanya saja ibu merasa nyeri di
bagian perineum karena harus di heating dan keadaan bayi baik.
B. SARAN.
Kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan –
kekurangan yang perlu disempurnakan. Oleh karena itu kami sangat berterima
kasih apabila para pembaca dan dosen pembimbing menyampaikan kritik dan saran
yang bersifat membangun untuk perbaikan isi makalah ini. Semoga makalah ini
dapat bermanfaat bagi seluruh pembaca, khususnya mahasiswi akdemi kebidanan
STIkes Bumi persada Lhokseumawe . Akhirnya hanya kepada ALLAH jualah kami
memohon dan berdoa. Amin...
DAFTAR PUSTAKA
1.
Prawiroharjo,
Sarwono. 2005. Ilmu Kebidanan. Jakarta ; Tridasa Printer.
2.
Teber,
Ben-Zian. 2002. Kapita Selekta Kedokteran Obstetri dan Ginekologi. Jakarta :
EGC.
0 komentar:
Posting Komentar